Jumat, 8 November 2024

Rupiah Melemah Dipicu Indikasi akan Kenaikan Inflasi di AS

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi mata uang Dolar AS dan Rupiah. Foto: Antara

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan, Kamis (2/3/2023), melemah dipicu indikasi akan kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS).

Rupiah dibuka menurun 30 poin atau 0,20 persen ke posisi Rp15.265 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.235 per dolar AS.

“Rupiah bisa berbalik melemah terhadap dolar AS hari ini dengan semakin meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif,” kata Ariston Tjendra pengamat pasar uang saat dihubungi Antara di Jakarta.

Ariston menuturkan, data survei aktivitas manufaktur AS Januari menunjukkan bahwa harga yang dibayarkan oleh perusahaan manufaktur meningkat. Hal itu mengindikasikan inflasi bakal naik.

Di sisi ekonomi, Institute for Supply Management pada Rabu (1/3/2023) kemarin melaporkan, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) manufaktur AS Februari naik tipis menjadi 47,7 persen dari pembacaan Januari sebesar 47,4 persen.

Para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan, indeks mencapai total 47,6 persen. Angka di bawah 50 persen mengindikasikan kontraksi di sektor tersebut. Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik di mana tenor 10 tahun sudah menyentuh empat persen.

Para pejabat Bank Sentral AS atau The Fed pada Rabu juga terpecah soal data inflasi tinggi baru-baru ini, dan pasar pekerjaan yang terus-menerus panas akan membutuhkan suku bunga yang lebih ketat, atau hanya kesabaran dalam mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.

Para pejabat The Fed akan mengajukan proyeksi baru pada pertemuan dalam tiga minggu, dan para analis serta investor memperkirakan suku bunga rata-rata yang dilihat oleh pejabat untuk akhir 2023 akan bergerak mungkin seperempat poin lebih tinggi dari 5,1 persen, yang diantisipasi pada Desember.

Di sisi lain, sentimen positif dari membaiknya perekonomian China dan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa membantu menahan pelemahan rupiah.

Ariston memprediksi peluang pelemahan rupiah ke arah Rp15.300 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran Rp15.220 per dolar AS.

Pada Rabu, rupiah ditutup meningkat 26 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp15.235 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.261 per dolar AS. (ant/ihz/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 8 November 2024
33o
Kurs